
Minimalis adalah gaya interior yang sampai saat ini masih menjadi primadona di kalangan masyarakat. Interior minimalis banyak dipilih karena mampu memberikan tampilan bersih, rapi, dan clear. Namun, tidak hanya minimalis, karena kini semakin banyak pula yang mengaplikasikan interior shabby chic untuk bangunannya.
Shabby chic sudah ada sejak tahun 1980-an dan berasal dari dua suku kata berbeda, “shabby” yang memiliki arti lusuh, dan “chic” yang berarti anggun. Dari kedua kata tersebut, muncullah definisi bahwa interior shabby chic adalah gaya interior dengan kesan vintage tetapi lembut dan feminin.
Sehingga, gaya interior ini menjadi pilihan tepat bagi mereka yang ingin mengadopsi konsep hunian dengan nuansa klasik dan hangat. Jika minimalis menonjolkan kesederhanaan dengan garis-garis tegasnya. Maka, shabby chic cenderung lebih menampilkan sisi romantis di dalamnya.
Meskipun sudah ada sejak dahulu, tetapi gaya shabby chic masih terus populer di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini tentu saja karena jenis desain interior satu ini memiliki karakteristik atau ciri khas yang sangat kuat dan identik. Sehingga, membuat shabby chic memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecintanya.

Karakteristik Desain Interior Shabby Chic
Dalam gaya shabby chic, setiap detail memainkan peranan dan memiliki pengaruh dalam menciptakan kesan yang kuat bagi sebuah ruangan. Ya, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa shabby chic memiliki ciri khas yang sangat kental. Nah, berikut ini adalah beberapa karakteristik dari gaya shabby chic, di antaranya:
1. Penggunaan Palet Warna Lembut
Salah satu ciri khas utama dari shabby chic adalah penggunaan warna-warna lembut dan netral. Palet warna yang mendominasi gaya ini cenderung ke arah pastel. Seperti warna-warna bernuansa pink lembut, biru pastel, hijau mint, abu-abu muda, dan warna-warna sejenisnya.
Warna-warna lembut seperti pastel dapat menciptakan suasana ruang menjadi lebih tenang dan homey. Sekaligus dapat memperkuat kesan romantis dan feminin yang memang menjadi karakteristik utama shabby chic. Penggunaan warna-warna tersebut bisa diaplikasikan pada dinding, furniture, maupun dekorasi ruang.
Karakteristik dari beragam warna yang digunakan juga mampu memberikan kesan lebih terang pada ruangan. Sehingga, gaya shabby chic sangat cocok apabila diadaptasi pada rumah-rumah dengan pencahayaan alami yang terbatas. Karena permainan warna yang diambil dalam membantu menciptakan kesan tersebut.
2. Identik dengan Elemen Kain Bermotif
Penggunaan elemen kain bermotif juga identik dengan interior shabby chic. Biasanya, kain yang digunakan memiliki motif garis-garis, polkadot, dan bunga. Elemen kain pada gaya shabby chic dapat diaplikasikan pada beberapa elemen dekorasi, seperti taplak meja, cover sofa, sarung bantal sofa, dan gorden.
Motif bunga menjadi yang paling dominan digunakan karena mampu memberikan sentuhan yang lebih feminim pada ruangan, seperti konsep awal interior ini hadir. Agar tidak terlihat sangat “ramai”, biasanya penggunaan kain bermotif akan dipadukan dengan kain polos berwarna lembut.
Sehingga, perpaduan warna tersebut akan menciptakan kontras yang lebih menarik. Serta, dapat mengurangi kesan ramai yang berlebihan pada ruangan itu sendiri. Kain-kain bermotif yang sering kali digunakan pada shabby chic adalah kain dari material katun atau linen.
3. Furniture Antik adalah Keharusan
Karakteristik lain yang identik dengan gaya shabby chic adalah penggunaan furniture antik. Dalam hal ini adalah furniture yang sudah terlihat klasik karena termakan usia. Namun, tetap menampilkan atau memancarkan pesona klasik yang dibutuhkan untuk memperkuat interiornya.
Furniture yang menjadi bagian dari kategori ini biasanya berupa meja dan kursi kayu, lemari antik, atau perabotan dari logam dengan ukiran halus namun detail. Di mana furniture yang sudah terlihat “rusak” justru dapat menambah kesan klasik yang dibutuhkan untuk memperkuat desain shabby chic.
Selain berfungsi sebagai perabotan fungsional untuk menyempurnakan ruangan, kehadiran furniture antik juga akan memberikan sentuhan nostalgia. Pun, menjadikannya sebuah bukti bahwa perabotan terdahulu masih dapat dimanfaatkan apabila dirawat dengan baik dan ditempatkan pada interior yang tepat.

4. Penambahan Aksesoris Vintage
Interior shabby chic tidak akan lengkap tanpa tambahan aksesoris vintage yang juga menjadi elemen penting di dalamnya. Meskipun hanya sebatas aksesoris, tetapi kehadirannya mampu melengkapi dan memperkuat kesan vintage yang memang diusung dalam gaya shabby chic.
Sekaligus akan memberikan detail tersendiri untuk memperkaya estetika ruangan Anda. Aksesoris vintage di sini bisa berupa lampu gantung vintage, cermin dengan bingkai yang memiliki ukiran rumit, lilin-lilin hias, ataupun jam dinding bernuansa klasik yang kental dengan unsur tradisionalnya.
Dengan desainnya yang sering kali mencolok, aksesoris vintage dapat membantu menciptakan focal point pada ruangan bergaya shabby chic tersebut. Sehingga, akan memberikan kesan lebih menarik dan menonjol daripada elemen lain di dalam ruangan. Jadi, sekecil apapun bentuknya, pastikan aksesoris vintage ini ada.
5. Kental dengan Aksen Bertekstur dan Dekorasi Bunga
Aksen bertekstur dan dekorasi bunga juga tidak bisa dipisahkan dari shabby chic. Tekstur ini bisa didapatkan dari kain-kain renda pada gorden ataupun taplak meja yang digunakan. Sementara dekorasi bunga-bunga cantik bisa didapatkan dari berbagai elemen yang ada di dalam interior tersebut.
Seperti penggunaan wallpaper dinding bermotif bunga-bunga lembut atau bisa juga menggunakan cover sofa bermotif bunga. Dekorasi bunga yang dihadirkan melalui elemen-elemen tersebut akan menambah kesan manis yang natural, menyegarkan mata, dan lebih romantis.
Apalagi kesan vintage pada furniture dan dipadukan dengan sentuhan dekorasi bunga yang manis, tentu akan menciptakan kesan kontras yang terlihat seimbang. Jadi, tidak hanya akan menciptakan ruang shabby chic yang berestetika, tetapi juga penuh dengan karakter berbeda di setiap elemennya.
6. Identik dengan Layering
Satu lagi karakteristik yang tidak luput dalam menciptakan gaya shabby chic adalah layering atau pelapisan. Layering merujuk pada penataan berbagai elemen dekoratif dalam beberapa lapisan yang akan menciptakan kesan ruangan menjadi lebih “kaya”.
Sebagai gambaran, pada ruang tamu, Anda bisa mengaplikasikannya pada sofa yang dilapisi dengan kain lempar atau selimut rajut, ditambah dengan bantal-bantal kecil dengan beraneka motif. Semua elemen ini ditata secara bertumpuk dengan warna dan tekstur yang saling melengkapi.

Kesimpulan
Itulah ulasan tentang interior shabby chic dengan berbagai karakteristiknya yang kuat. Pada dasarnya, setiap elemen pada shabby chic (termasuk warna, furniture, sampai aksesoris) berperan penting dalam menciptakan suasana ruang yang tidak hanya nyaman tetapi juga penuh estetika.
Jadi, ketika memutuskan untuk memilih shabby chic, pastikan semua elemen pendukungnya terpenuhi dengan baik. Agar tercipta gaya shabby chic yang optimal. Nah, apabila Anda ingin mengadaptasi shabby chic ini pada interior hunian, kantor, atau bangunan lainnya, Anda harus merencanakannya secara maksimal.
Apabila Anda tidak memiliki cukup waktu dan kapasitas untuk hal tersebut, maka menyerahkannya kepada jasa desain dan perencanaan yang profesional adalah langkah tepat yang bisa diambil.
Sekarang ini, sudah banyak jasa desain perencanaan yang menawarkan layanannya, tetapi tidak banyak yang benar-benar berkualitas. Jadi, pastikan memilih yang terbaik dari yang ada. Karena hanya bersama ahlinya, interior shabby chic impian Anda dapat diwujudkan secara nyata!
No comment yet, add your voice below!