Pelatihan Tata Kelola Homestay dan Pondok Wisata Kabupaten Sumenep

Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang luar biasa terhadap banyak industri, termasuk juga pariwisata. Banyak pula pengamat dan pakar pariwisata yang berpendapat bahwa pandemi COVID-19 akan merubah perilaku seseorang dalam melakukan bepergian. Misalnya saja adalah pilihan destinasi, di mana akan ada kelompok masyarakat yang akan menghindari destinasi yang ramai.

Selain itu, destinasi yang akan menjadi pilihan calon wisatawan adalah destinasi yang mampu menjamin keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan wisatawan. Dalam hal kesehatan, tentu yang akan menjadi perhatian adalah kebersihan dan higienitas, baik dari sisi lingkungan destinasi, akomodasi, maupun ketersediaan makanan dan minuman.

Upaya pemulihan performa sektor pariwisata pun perlahan mulai terlihat. Salah satunya dengan program pembenahan destinasi dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penerapan protokol CHSE (cleanliness, health, safety, dan environment) di daerah tujuan wisata, salah satunya adalah desa wisata. Mengapa desa wisata menjadi targetnya? Pasalnya, desa wisata diprediksi akan menjadi pilihan destinasi bagi wisatawan saat pandemi COVID-19 mulai mereda.

Disadari atau tidak, memang setiap desa di Indonesia memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan menjadi tujuan wisata. Pengembangan desa wisata juga diakui sebagai agenda pembangunan nasional yang cukup efektif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa. Salah satunya dengan memberi kesempatan kepada masyarakat lokal untuk terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan budaya, kepemanduan, penyedia jasa kuliner, maupun menyewakan kamar rumah tinggalnya sebagai homestay. Usaha jasa homestay juga diharapkan menjadi salah satu pendorong peningkatan lama tinggal wisatawan di suatu destinasi.

Sejak Agustus 2020, Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga aktif menyelenggarakan kegiatan pelatihan kepariwisataan untuk para pelaku usaha wisata di destinasi. Jika Agustus lalu mengangkat tema tata kelola destinasi di era AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru), pada bulan September ini, tepatnya pada tanggal 28 s.d 30 September, Pemerintah Kabupaten Sumenep mengambil tema yang berfokus pada pengembangan homestay dan pondok wisata.

Pelatihan Tata Kelola Homestay
Penyampaian materi pelayanan prima di homestay atau pondok wisata oleh Aulia Rizka Setiarto (Eticon Tourism)

Jika merujuk pada buku saku Panduan Pengembangan Homestay Desa Wisata untuk Masyarakat yang diterbitkan oleh Tim Percepatan Pengembangan Homestay Desa Wisata Kementerian Pariwisata RI pada 2018, adapun yang dimaksud homestay adalah usaha penyediaan layanan penginapan yang diselenggarakan oleh perseorangan dengan menggunakan bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya (tuan rumah) dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan memberikan kesempatan kepada tamu atau wisatawan untuk dapat berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya. Dengan begitu, usaha homestay juga akan memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk dapat berinteraksi secara langsung dan mempelajari budaya daerah di tempat ia menginap.

Secara administratif, Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten yang terletak di paling timur Pulau Madura. Terdapat 126 pulau di kabupaten ini, di mana 48 pulaunya telah berpenghuni. Beberapa pulau-pulau kecil yang dapat diakses pun memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata. Misalnya saja Pulau Masalembu, Pulau Gili Iyang, Pulau Masakambing, Pulau Karamian, dan lainnya.

Pelatihan yang diselenggarakan selama tiga hari ini melibatkan beberapa mitra, salah satunya adalah Eticon Tourism selaku konsultan perencanaan dan pengembangan pariwisata. Adapun topik pelatihan yang dibahas dalam pertemuan ini di antaranya adalah tata kelola homestay, tata ruang dan interior homestay, manajemen kuliner homestay, Sapta Pesona, pelayanan prima, teknik kepemanduan, dan pemasaran homestay. Materi pelatihan pun diperkaya dengan kegiatan praktik menata ruang kamar dan memasarkan produk melalui platform daring.

Baca juga: Pariwisata Indonesia Pascapandemi COVID-19

Pelatihan Tata Kelola Homestay
Presentasi peserta pelatihan tata kelola homestay menggunakan media moodboard yang dipandu oleh Paramitta Sekartaji (Eticon Tourism)
Pelatihan Tata Kelola Homestay
Praktik menata kamar homestay menggunakan media moodboard

Persyaratan dan standar kamar homestay pun diulas lengkap dalam kelas pelatihan ini. Paramitta Sekartaji (Creative Director Eticon Tourism) menyampaikan bahwa setiap rumah tinggal memiliki potensi untuk dimanfaatkan menjadi homestay. Konsep homestay sudah cukup familier di luar negeri, khususnya di kawasan yang dekat dengan kampus atau perguruan tinggi, di mana para mahasiswa dari negara lain akan menyewa kamar pada rumah penduduk dalam waktu yang cukup lama. Sementara di Indonesia sendiri, konsep homestay sangat potensial dikembangkan di desa atau kampung wisata.

Bahkan saat melihat kondisi geografis Kabupaten Sumenep yang lebih banyak menawarkan potensi bahari, bukan hanya aspek kebersihan dan kenyamanan yang harus diutamakan. Melainkan juga adalah aspek keselamatan dan keamanan homestay. Tak kalah pentingnya juga, agar wisatawan dapat tinggal lebih lama di destinasi wisata, dibutuhkan pilihan atraksi yang unik dan lebih beragam. Untuk itu, konsep homestay harus didesain dengan memadukan antara penginapan dan pengalaman yang unik. Dengan berkembangnya homestay di Kabupaten Sumenep, khususnya pada destinasi wisata yang potensial, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal serta mengembalikan jati diri atau identitas budaya lokal melalui konsep arsitektur Kabupaten Sumenep.

Selain praktik, kegiatan pelatihan dilengkapi dengan studi percontohan mengunjungi homestay yang tersebar di Kota Tua, Kalianget. Kota ini dibangun pada masa VOC dan diteruskan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Di kawasan inilah pabrik garam briket modern pertama di Indonesia dibangun. Sejumlah fasilitas pendukung seperti taman kota, bioskop, kolam renang, lapangan tenis, hingga perumahan karyawan bercorak bangunan khas Belanda terbangun di kawasan ini. Secara administratif, letak Kota Tua Kalianget sangat strategis dan menjadi bandar pelabuhan tersibuk di Selat Madura. Tak jarang banyak masyarakat lokal maupun wisatawan domestik yang bermalam di kawasan ini untuk menanti jadwal penyeberangan melalui jalur laut. Dari kegiatan studi percontohan ini, peserta pelatihan diharapkan mendapatkan gambaran langsung mengenai konsep dan desain kamar homestay.

Baca juga: Mengukur Keberhasilan Pengembangan Desa Wisata

Pelatihan Tata Kelola Homestay
Peserta pelatihan mengikuti kegiatan praktik penataan kamar homestay

Recommended Posts

No comment yet, add your voice below!


Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *