Dalam dunia arsitektur, setiap proyek yang sukses pastinya dimulai dengan tahapan perencanaan yang matang. Hal tersebut tentu saja guna mendapatkan proyek pembangunan dengan hasil maksimal dan sesuai dengan apa yang direncanakan dari awal.
Ya, meskipun sering dianggap sepele, karena hanya sebuah “perencanaan”, tetapi justru proses satu ini adalah sebuah landasan atau pedoman yang dapat mempengaruhi keseluruhan proyek pembangunan. Tanpa perencanaan matang, pelaksanaan proyek, apalagi proyek besar akan seperti berjalan tanpa arah pasti.
Perencanaan arsitektur adalah proses yang melibatkan perancangan serta pengaturan ruang, bentuk, fungsi, juga estetika suatu bangunan atau proyek sejenisnya. Proses yang melibatkan berbagai aspek ini bertujuan untuk menciptakan ruang yang fungsional dan estetis sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Sementara tahapan perencanaan arsitektur sendiri merupakan serangkaian proses terstruktur yang di dalamnya melibatkan berbagai langkah penting untuk merancang sebuah proyek arsitektur. Baik itu untuk proyek arsitektur indis, arsitektur gaya Eropa, atau apapun itu membutuhkan perencanaan yang matang di dalamnya.
Karena tanpa tahapan perencanaan arsitektur yang matang dan teliti, bukan tidak mungkin proses pembangunan yang akan dilakukan menghadapi hambatan dan tantangan ketika di lapangan. Dimana hal tersebut tentunya akan berpengaruh juga terhadap hasil akhir yang didapatkan.
Oleh sebab itu, tahapan perencanaan arsitektur sangatlah penting dan harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Agar apa yang menjadi tujuan utama dapat terwujud dengan lebih efektif dan efisien. Serta memberikan kepuasan kepada semua pihak yang terlibat di dalamnya, khusus kepuasan klien.
Tahapan Perencanaan dalam Arsitektur
Perencanaan arsitektur terdiri dari beberapa tahapan yang harus dilalui guna memastikan hasil akhirnya optimal dan sesuai dengan ekspektasi, atau bahkan melebihi ekspektasi tersebut. Berikut ini adalah beberapa tahapan perencanaan arsitektur yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Konsep Perancangan
Tahapan pertama dalam proses perencanaan arsitektur adalah merumuskan konsep perancangan. Pada tahapan ini dimulai dengan mengumpulkan informasi yang mencakup kebutuhan serta keinginan dari klien, batasan proyek, kendala yang mungkin dihadapi selama proyek berlangsung.
Sampai pada aturan dan regulasi pembangunan di lingkungan setempat yang harus dipenuhi sebelum proyek berlangsung. Kemudian setelah informasi didapatkan dan terkumpul lengkap, dilanjutkan dengan menyusun program rancangan dan membuat konsep yang dapat merepresentasikan semua elemen tersebut.
Tahap ini menjadi sangat penting dan harus benar-benar matang karena konsep perancangan menjadi landasan atau pedoman untuk keseluruhan proses pembangunan yang akan dilakukan. Apabila konsep perancangan kurang matang, bukan tidak mungkin proyek yang dijalankan juga berjalan tidak sesuai harapan.
2. Skematik Desain atau Pra Rancangan
Setelah konsep perancangan disepakati dan disetujui, dilanjutkan ke tahapan skematik desain. Pada tahapan perencanaan satu ini, arsitek mulai mematangkan dan menyempurnakan desain secara lebih detail dan terperinci.
Skematik desain di sini mencakup penggambaran massa bangunan, denah, tampak, dan potongan yang lebih konkret. Aspek lain yang juga termasuk di dalamnya, seperti perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem konstruksi, waktu pelaksanaan pembangunan, dan lain sebagainya.
Ini dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis maupun gambar-gambar. Dalam tahapan ini, arsitek dan klien berkolaborasi untuk mencapai sebuah kesepakatan terkait berbagai aspek penting dari desain tersebut. Dengan begitu, semua pihak yang terkait memiliki visi yang sama sebelum akhirnya lanjut ke tahapan berikutnya.
3. Pengembangan Rancangan
Tahapan perencanaan arsitektur selanjutnya adalah pengembangan rancangan. Sesuai dengan namanya, pada tahapan ini arsitek akan mengembangkan dan memperdalam detail rancangan.
Detail rancangan ini mencakup gambar rencana arsitektural lebih rinci, gambar rencana mekanikal, elektrikal dan plumbing (MEP), serta struktur bangunan. Selain itu, arsitek juga menyiapkan pra-Rencana Anggaran Biaya (pra-RAB) yang di dalamnya mencakup gambar, diagram, dan laporan.
4. Pembuatan Gambar DED (Detail Engineering Drawing)
Setelah pengembangan rancangan selesai dan mencapai kata sepakat, arsitek akan melanjutkan masuk ke tahapan pembuatan gambar kerja atau Detail Engineering Drawing (DED). Detail Engineering Drawing atau DED adalah representasi atau gambaran terperinci dari seluruh aspek desain.
Keberadaannya berfungsi sebagai panduan bagi pelaksana konstruksi. Sehingga dokumen yang dihasilkan dapat menjelaskan dengan sejelas-jelasnya proses pelaksanaan dan pengawasan konstruksi. Dalam pembuatan Detail Engineering Drawing (DED) juga termasuk pembuatan gambar detail.
Selain itu, juga pengadaan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) yang mencakup spesifikasi material, Rencana Anggaran Biaya (RAB), yang dimana RAB ini mencakup perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan, dan juga Bill of Quantity (BOQ) yang merupakan perhitungan kuantitas pekerjaan yang harus dilakukan.
5. Proses Pengadaan Pelaksanaan Konstruksi
Setelah Detail Engineering Drawing (DED) selesai, proses berlanjut ke tahapan pengadaan konstruksi. Pada tahapan perencanaan arsitektur satu ini, arsitek menyusun dokumen lelang yang mencakup detail teknis dan lingkup pekerjaan.
Selanjutnya, mereka menerima dan mengevaluasi penawaran biaya dari berbagai pelaksanaan konstruksi, melakukan penilaian atas penawaran tersebut, serta menyusun administrasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kerja konstruksi.
Tahapan satu ini juga sangat krusial dalam proyek arsitektur guna memastikan bahwa proses konstruksi berjalan lancar sesuai dengan rencana dan anggaran yang telah disepakati oleh pihak terkait. Sehingga tidak akan mengalami over budget yang dapat merugikan.
6. Pengawasan Berkala
Tahapan terakhir dari perencanaan arsitektur adalah pengawasan berkala. Selama tahapan ini, arsitek melakukan pengawasan rutin terhadap proses konstruksi guna memastikan bahwa pembangunan berjalan sesuai dengan gambar kerja dan spesifikasi yang telah disepakati.
Selain itu, pengawasan berkala juga perlu dilakukan untuk memberikan input terkait perubahan maupun penyesuaian yang dibutuhkan di lapangan. Pengawasan berkala ini penting untuk mendeteksi dan mengatasi masalah yang berpotensi muncul selama proses konstruksi berlangsung.
Sehingga dapat diminimalisir dan hasil akhir pembangunan tetap sesuai dengan desain serta rencana yang di planning sejak awal.
Dengan melalui setiap tahap ini secara teliti, cermat, dan terstruktur, proyek arsitektur dapat terlaksana dengan baik. Serta dapat memenuhi ekspektasi dan memberikan kepuasan maksimal, bukan hanya untuk klien saja melainkan juga untuk pihak arsiteknya sendiri.
Kesimpulan
Demikian beberapa tahapan penting dalam perencanaan arsitektur yang perlu diperhatikan demi proyek pembangunan yang lancar dan hasil akhir yang maksimal sesuai keinginan. Ya, perencanaan menjadi sesuatu yang sangat penting dan krusial karena akan berpengaruh terhadap keseluruhan jalannya proyek arsitektur.
Karena tahapan ini merupakan sebuah “jembatan” atau “pintu gerbang” menuju keberhasilan proyek pembangunan. Oleh karena itu, tidak heran apabila tahapan perencanaan memang harus benar-benar dimatangkan sebelum masuk ke tahap-tahap selanjutnya.
Dalam hal ini, jasa desain dan perencanaan profesional sangatlah dibutuhkan. Karena bersama ahlinya, tahapan perencanaan bisa “diterjemahkan” dengan lebih detail, rinci, dan tentu saja terstruktur. Jadi, jangan sampai mengabaikan peran jasa desain dan perencanaan dalam pembangunan proyek bangunan Anda.